Betapa fasihnya Gombloh menuturkan sketsa kehidupan rakyat jelata sehari-hari memang terlihat dari deretan kata-kata yang dirangkainya dalam lagu-lagu ciptaannya seperti "Doa Seorang Pelacur", "Kilang-Kilang", "Poligami Poligami", "Nyanyi Anak Seorang Pencuri", "Selamat Pagi Kotaku". Bahkan Martin Hatch seorang peneliti dari Cornell University mempelajari lagu - lagu dalam album Gombloh Berita Cuaca (1982) dan mengangkatnya dalam sebuah karya ilmiah bertajuk Social Criticsm In The Songs Of 1980's Indonesian Pop Country Singers dan dipresentasikan dalam seminar musik The Society of Ethnomusicology yang berlangsung di Toronto Kanada pada 2 - 5 November 2000 silam.
Dalam makalahnya Martin Hatch meneliti kekuatan dan nilai lagu-lagu karya Gombloh dalam perspektif kehidupan sosial seperti "Berita Cuaca", "Hong Wilaheng Sekareng Bawono Langgeng", "Denok-Denok Debleng", "Ujung Kulon Baloran", "3600 Detik", "Kebayan-Kebayan", "Hitam Putih" dan "Kami dan Alam". Memasuki era 80-an, Gombloh mulai menulis lagu-lagu bercorak humor seperti lagu Lepen (singkatan Lelucon Pendek) maupun Selopen (singkatan Seloroh Pendek) yang menghasilkan sebuah idiom yang begitu lekat di khalayak ramai: Kalau cinta melekat, tai kucing rasa coklat.
Disisi lain, Gombloh yang tercerabut dari budaya pop justru tak bergeming ketika harus menghasilkan lagu seperti "Kugadaikan Cintaku" yang berhasil terjual diatas jumlah 1 juta keeping. Di era inilah Gombloh seolah terjerembab pada karya-karya yang berorientasi ke pasar. Lalu bermunculanlah lagu-lagu seperti "Apel", "Hey Kamu", "Percayalah Cintaku Tetap Hangat", "Karena Iseng", "Arjuna Cari Cinta", "Konsumsi Cinta" hingga "Tari Kejang". Gombloh pun mulai menulis lagu-lagu bertema pop untuk penyanyi Tyas Drastiana hingga Vicky Vendi. Menyatunya Gombloh dengan tema populis membuat sosoknya kian dikenal luas. Kini siapa yang tak mengenal Gombloh ketika tampil di layar TVRI pada acara-acara musik seperti Aneka Ria Safari dan Selekta Pop dengan dandanan yang menjadi trademark: tubuh kerempeng bersepatu kets, pakai topi, rambut dikuncir, kacamata hitam dan setelan putih-putih. Gombloh yang menghembuskan nafas terakhir pada 9 Januari 1988, tak lagi hanya didengar oleh kelompok tertentu saja. Ia telah menjadi milik siapa saja.
Masa muda
Gombloh dilahirkan sebagai anak ke-4 dari enam bersaudara dalam keluarga Slamet dan Tatoekah. Slamet adalah seorang pedagang kecil yang hidup dari menjual ayam potong di pasar tradisional di kota mereka. Sebagai keluarga sederhana, Slamet sangat berharap agar anak-anaknya dapat bersekolah setinggi mungkin hingga memiliki kehidupan yang lebih baik. Gombloh menyelesaikan pendidikan sekolah di SMA Negeri 5 Surabaya dan sempat berkuliah di Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember, (ITS) Surabaya, namun tidak diselesaikannya dan memilih menuruti nalurinya untuk bermusik. Gombloh pada kenyataannya tidak pernah berniat kuliah di ITS, ia melakukannya karena kasihan dengan orang tuanya. Ia sering membolos. Kelakuannya ini akhirnya diketahui ayahnya setelah Slamet mendapat surat dari ITS yang memberikan peringatan.Gombloh bereaksi dengan menghilang ke Bali dan bertualang sebagai seniman. Jiwanya yang bebas tidak dapat dikekang oleh disiplin yang ketat dan kuliah yang teratur.
Karier musik
Gombloh adalah pencipta lagu balada sejati. Ia bergabung dengan grup beraliran art rock/orchestral rock bernama Lemon Tree's Anno '69, yang musiknya mendapat pengaruh ELP dan Genesis. Leo Kristi dan Franky Sahilatua juga pernah menjadi anggota grup ini.Kehidupan sehari-hari rakyat kecil banyak digambarkan dalam lagu-lagunya, seperti Doa Seorang Pelacur, Kilang-Kilang, Poligami Poligami, Nyanyi Anak Seorang Pencuri, Selamat Pagi Kotaku. Lirik-liriknya puitis dan misterius. Sebagaimana penyanyi balada semasanya, seperti Iwan Fals dan Ebiet G. Ade, Gombloh juga tergerak menulis lagu tentang (kerusakan) alam, salah satunya adalah Berita Cuaca (lebih populer dengan nama Lestari Alamku walaupun ini bukan judul yang sebenarnya). Lagu-lagu cintanya cenderung "nyeleneh", sama seperti karya Iwan Fals atau Doel Sumbang, misalnya Lepen ("got" dalam bahasa Jawa, tetapi di sini adalah singkatan dari "lelucon pendek").
Namun demikian, ia memiliki tema khas yaitu nasionalisme di dalam lagu-lagunya, seperti Dewa Ruci, Gugur Bunga, Gaung Mojokerto-Surabaya, Indonesia Kami, Indonesiaku, Indonesiamu, Pesan Buat Negeriku, dan BK, lagu yang bertutur tentang Bung Karno, sang proklamator. Lagunya Kebyar Kebyar banyak dinyanyikan di masa perjuangan menuntut Reformasi.
Bersama Lemon Tree's ia pernah pula merilis album yang lagu-lagunya berbahasa Jawa dengan berjudul "Sekar Mayang". Hong Wilaheng, yang adalah versi reprise dari lagu Sekar Mayang dan masuk dalam album "Berita Cuaca", menggunakan lirik yang diambil dari Serat Wedhatama.
Gombloh juga menulis lagu untuk penyanyi lain. Ia menulis Tangis Kerinduan bagi Djatu Parmawati dirilis (1988), juga Merah Putih (1986) untuk dinyanyikan bersama-sama.
Semenjak album Gila, Gombloh dinilai para kritisi mengendurkan idealismenya, dengan lebih mengedepankan album bergaya pop ringan dan dengan lirik-lirik sederhana dan jenaka. Namun dengan demikian ia menjadi lebih populer dan mendapat penghasilan yang besar. Ia tidak menjadi kaya dengan itu, karena lebih suka menghabiskan pendapatannya dengan makan-makan bersama kawan-kawannya. Rasa kesetiakawanannya dan jiwa merdeka inilah yang secara tidak langsung membawanya pada penyakit yang kelak merenggut nyawanya.
Kematian dan penghargaan
Gombloh meninggal dunia di Surabaya pada 9 Januari 1988 setelah lama menderita penyakit pada paru-parunya. Kebiasaan merokoknya sulit dihilangkan dan ia dikabarkan sering begadang. Menurut salah seorang temannya, beberapa waktu sebelum meninggal, sering kali Gombloh mengeluarkan darah bila sedang bicara atau bersin.Pada 1996 sejumlah seniman Surabaya membentuk Solidaritas Seniman Surabaya dengan tujuan menciptakan suatu kenangan untuk Gombloh yang dianggap sebagai pahlawan seniman kota itu. Mereka sepakat membuat patung Gombloh seberat 200 kg dari perunggu. Patung ini ditempatkan di halaman Taman Hiburan Rakyat Surabaya, salah satu pusat kesenian di kota itu. Pada tanggal 30 Maret 2005 dalam acara puncak Hari Musik Indonesia III di Jakarta, Gombloh mendapat penghargaan Nugraha Bhakti Musik Indonesia secara anumerta dari PAPPRI, bersama sembilan tokoh musik lainnya, yaitu:
- Gombloh
- Nike Ardilla
- Titiek Puspa
- Anggun
- Iwan Fals
- Ebiet G Ade
- Titiek Sandhora
- Deddy Dores
- Broery Marantika
D I S K O G R A F I
Album Gombloh & The Lemon Tree's Anno '69
- Nadia & Atmospheer (1978)
- Mawar Desa (1978)
- Kadar Bangsaku (1979)
- Kebyar Kebyar (1979)
- Pesan Buat Negeriku (1980)
- Sekar Mayang (1981, berbahasa Jawa)
- Terimakasih Indonesiaku (1981)
- Pesan Buat Kaum Belia (1982)
- Berita Cuaca (1982)
- Kami Anak Negeri Ini (1983)
Album Solo karier
- Gila (album konser live, 1983)
- 1/2 Gila (1984)
- Semakin Gila (1986)
- Apel (1986)
- Apa Itu Tidak Edan (1987)
wuih lejen...makasih postnya mas...dokumen ini... :D
ReplyDeleteI Like It
Deletebro, klo lagu gombloh - lestari alamku masuk ke album mana ya ? :bingung
ReplyDeletekalo gk salah tahun 1982 album berita cuaca
Deletetribute to Indonesian Legends https://www.youtube.com/watch?v=1qb_9XfmQI0
ReplyDeletekren brow
ReplyDeleteToday at the edge of 2018
ReplyDeletePromo Lucky Draw Angpao 2019 Imlek Tahun 2570!
ReplyDeleteBerhadiah s/d IDR 1.500.000,- Akan Dibagikan 5 Februari Jam 07.00 WIB Pagi
Syarat & Ketentuan Bonus Berlaku Untuk Semua User ID Di Bolavita
Segenap Management Bolavita Mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek 2570
Di Tahun Babi Tanah Diberikan Rejeki Lebih Banyak..
Yuk Gabung Bersama Bolavita Di Website www. bolavita .site
Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
BBM: BOLAVITA
WA: +628122222995